Powered By Blogger

Rabu, 25 Mei 2011

Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit dalam Konteks Sosial Budaya

Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit
dalam Konteks Sosial Budaya


PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan
nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan
yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang sepanjang
hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak
bisa ditolak meskipun kadang -kadang bisa dicegah atau
dihindari.
Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak
dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar
kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial
budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian
yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang
lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,
kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan telah
mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit
ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan
sakit merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau
ketidakmampuan manusia beradap -tasi dengan lingkungan baik
secara biologis, psikologis maupun sosio budaya (1).
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa:
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat
sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur -unsur
fisik,
mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan
bagian integral kesehatan.
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia
menderita penyakit menahun (kronis), atau gangguan kesehatan
lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari) seperti masuk
angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk
melaksanakan kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit(2).
MASALAH SEHAT DAN SAKIT
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang
merupakan resultante dari berbagai masalah lingkungan yang
bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial
budaya, perilaku, populasi penduduk, g enetika, dan
sebagainya.
Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho
socio somatic health well being , merupakan resultante dari 4
faktor(3)yaitu:
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku,
Antara yang pertama dan kedua d ihubungkan dengan
ecological balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi,
distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang
bersifat preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku
merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan)
terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien
sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti kelas sosial,
perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan
yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari
variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang
berbeda di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat
dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa
sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan
oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.
Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik
Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan
(equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur -
unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam
keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam
konsep tentang humors, ayurveda dosha, yin dan yang.
Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan
baru berdasarkan paradigma sehat (4).
Paradigma sehat adalah
cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang
bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat
masalah
kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak
faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu
wilayah
yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan per -
lindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya
penyembuhan penduduk yang sakit.
Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama
terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi
kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk
menjaga agar yang sehat tetap sehat namun teta p mengupayakan
yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut
menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan
kesehatan daripada mengobati penyakit.
Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang
mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural(5).
Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness
sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu
dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural
terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut.
Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi
dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang
individu, dengan illness dimaksud reaksi personal,
interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan
kurang nyaman (1).
Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan
pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh
disease illness tidak selalu disertai kelainan organik
maupun fungsional tubuh.
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas
pengetahuan sehat-sakit pada aspek sosial budaya dan
perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara
beberapa aspek ini yang mempunyai pengaruh pada kesehatan
dan penyakit.
Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu
kebudayaan belum tentu disebut sehat pula d alam kebudayaan
lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian
atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.
KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial
dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut
pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan
kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah seseder -
hana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO
melihat sehat dari berbagai aspek (6).
Definisi WHO (1981): Health is a
state of complete physical, mental and social well -being,
and not merely the absence of disease or infirmity.
WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan
sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial
seseorang. Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna
jasmaninya ?
Oleh para ahli kesehatan, antropologi kesehatan di pandang
sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian
pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah
laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang
mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri
ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan
pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan
peran normalnya secara wajar.
Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena
yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam
penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat
menimbulkan penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep
penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab
bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit
akibat pengaruh lingkungan, makanan (salah makan), ke -
biasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubu h, termasuk juga
kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit
bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional
(Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni
suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau
kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan.
Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal,
wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari -hari
dengan gairah.
Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan
yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan
sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan
aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat (7).
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit
(illness) disebabkan oleh intervensi suatu agen aktif yang
dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau
roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang
tenung). Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai
pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta telah dik enal
oleh etnik Makasar sejak lama.
Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan kaddala
massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang
mendukung bahwa kusta secara endemik telah berada dalam
waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut(8).
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai -
nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam kaitannya dengan
penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis
menunjukkan bahwa timbul dan diamalkannya leprophobia secara
ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya, dalam
nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala
ikut tercakup di dalamnya.
Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan
intim saat istri sedang haid, mereka (kedua mempelai) akan
terkutuk dan menderita kusta/kaddala.
Ide yang bertujuan guna terciptanya moral yang agung di
keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam
masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai
penanggung dosa. Pengertian penderita sebagai akibat dosa
dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia.
Rasa rendah diri penderita dimulai dari rasa rendah diri
keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota
keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan
hubungan intim saat istri sedang haid bagi seorang fanatik
Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang
sangat berat(8).
Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis
kusta. Pada penelitian Penggunaan Pelayanan Kesehatan Di
Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990),
hasil diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan
bahwa anak dinyatakan sakit jika menangis terus, badan
berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus
kering. Bagi orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kala u
sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan, tidak enak
badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk -
batuk, mual, diare.
Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat
menunjukkan bahwa anak sakit dilihat dari keadaan fisik
tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala
misalnya panas, batuk pilek, mencret, muntah -muntah, gatal,
luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan
kedokteran modern, mempunyai pengetahuan yang menarik
mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit
adalah sebagai berikut: sakit badaniah berarti ada tanda -
tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi, penglihatan
lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur tergan ggu, dan
badan lemah atau sakit, maunya tiduran atau istirahat saja.
Pada penyakit batin tidak ada tanda -tanda di badannya,
tetapi bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada
orang yang sehat, gerakannya lincah, kuat bekerja, suhu
badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang,
sorot mata cerah, tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit -
sakit badan(9).
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi
masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan
penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menim -
bulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan
tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.
Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja,
kehilangan nafsu makan, atau "kantong kering" (tidak punya
uang).
Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit
ke dalam 3 bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap
tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas
dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan
pertama dan ke dua, dapat digunakan obat -obatan, ramuanramuan,
pijat, kerok, pantangan m akan, dan bantuan tenaga
kesehatan. Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus
dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan
demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada
kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.
Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :
a. Sakit demam dan panas.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah
makan, atau masuk angin. Pengobatannya adalah dengan cara
mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau
beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem
meskipun gejalanya panas tinggi, supaya panasnya turun.
Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena
gejalanya badan panas.
b. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu
banyak, makan makanan pedas, makan udang, ikan, anak
meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain -
lain.
Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan
pucuk daun jambu dikunyah ibunya lalu diberikan kepada
anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah
Larutan Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain -lain.
Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya proporsi campuran -
nya tidak tepat.
c. Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas
dan kejang-kejang disebabkan oleh hantu. Di Sukabumi disebut
hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu
jahat. Di Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan
pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke bawah tempat tidur
yang ditutupi jaring.
d. Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam,
anak dimandikan saat panas terik, atau kesambet. Di
Indramayu
ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam
kawak, meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan
daun suwuk, yang menurut kepercayaan dapat mengisap
penyakit.
KEJADIAN PENYAKIT
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang
berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan
cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam -
macam penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat
yang sudah sangat maju peradaban dan kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan
berbagai organ tubuh manusia, sedangkan dari segi kemasya -
rakatan keadaan sakit dianggap sebagai peny impangan perilaku
dari keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat
disebabkan oleh kelainan biomedis organ tubuh atau lingkung -
an manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan
emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor
emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat
dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat
kebiasaan manusia atau kebudayaan (11).
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan ber -
gantung jenis penyakit. Secara umum konsepsi ini ditentukan
oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia
dan lingkungannya.
Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat
disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada
hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya,
tingkah laku penyakitnya dan cara -cara tingkah laku
penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui
proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978) (12).
Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam
lingkungan manusia, seperti tampak pada ciri sel-sabit
(sickle-cell) di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu
perubahan evolusi yang adaptif, yang memberikan imunitas
relatif terhadap malaria.
Ciri sel sabit sama sekali bukan ancaman, bahkan
merupakan karakteristik yang diing inkan karena memberikan
proteksi yang tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles.
Bagi masyarakat Dani di Papua, penyakit dapat merupakan
simbol sosial positif, yang diberi nilai -nilai tertentu.
Etiologi penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi
juga sebagai akibat dosa. Simbol sosial juga dapat merupakan
sumber penyakit. Dalam peradaban modern, keterkaitan antara
simbol-simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak
jelas, misalnya remaja merokok.
Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan ant ropologi dalam
konteks perubahan sosial ditulis oleh Rudi Salan (1994)
berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu
kasusnya sebagai berikut: Seorang perempuan yang sudah cukup
umur reumatiknya diobati hanya dengan vitamin dan minyak
ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh.
Menurut pasien penyakitnya disebabkan karena "darah kotor"
oleh karena itu satu-satunya jalan penyembuhan adalah dengan
makan makanan yang bersih , yaitu `mutih' (ditambah vitamin
seperlunya agar tidak kekurang an vitamin) sampai darahnya
menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter pendapat itu
tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam
masyarakat.
PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT
Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan
oleh para antropolog seperti perilaku sehat (health
behavior), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan
antara illness dan disease, model penjelasan penyakit
(explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit
(sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien,
perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka
mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern
tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses
penyembuhan (13).
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tin dakan
yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar mem -
peroleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan
yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan
kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan
makanan bergizi(14).
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu
yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis belum tentu
mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang
sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehat
pun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat -
sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa
lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas
kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreter ia medis
yang obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna
mendiagnosis kondisi fisik individu.
PERSEPSI MASYARAKAT
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda
antara daerah yang satu dengan daerah yang lain, karena
tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang
berlainan dengan ilmu kesehatan sampai saat ini masih ada di
masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit
malaria, yang saat ini masih ada di beberapa daerah pedesaan
di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah
sagu yang tumbuh di daerah rawa -rawa. Selain rawa-rawa,
tidak jauh dari mereka tinggal terdapat hutan lebat.
Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik
penguasa gaib yang dapat menghukum setiap orang yang
melanggar ketentuannya.
Pelanggaran dapat berupa menebang, membabat hutan untuk
tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar
hukuman berupa penyakit dengan gejala demam tinggi,
menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh
dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian
memetik daun dari pohon tertentu, dibuat ramuan untuk di
minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam
beberapa hari penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan
ditentukan dari penuturan sederhana dan mudah secara turun
temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk
gaib, roh-roh jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang,
dan sebagainya.
Pada sebagian penduduk Pulau Jawa, dulu penderita
demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di
malam hari. Air yang telah diberi ramuan dan jampi -jampi
oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani digunakan
sebagai obat malaria.
PENUTUP
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan,
kepercayaan bahkan seluruh peradaban manusia dan ling -
kungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis
dan biologis tubuh manusia selalu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap lingkungan
yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru
yang belum dikenal atau perkembangan/perubahan penyakit
yang sudah ada.
Kajian mengenai konsekuensi kesehatan perlu memper -
hatikan konteks budaya dan sosial masyarakat .
KEPUSTAKAAN
1. Kliemen, 1978
2. Biro Pusat Statistik. Profil Statistik Wanita, Ibu dan
Anak di Indonesia.
Jakarta, 1994.
3. Blum HL. Planning for Health; Developme nt Application of
Social
Change Theory. , New York: Human Science Press, 1972. p.3.
4. Paradigma Sehat, Pola Hidup Sehat, dan Kaidah Sehat.
Pusat Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan RI, 1998.
5. Capra, 1982
6. Arie Walukow. Dari Pendidikan Kesehatan ke Promosi
Kesehatan.
Interaksi 2004; VI (XVII):4
7. Profil Pengobat Tradisional di Indonesia. Dir. Bina Peran
Serta Masy.,
DirJen. Pembinaan Kes.Mas.. Departemen Kesehatan RI. 1997.
hal. 4
8. Ngatimin, HM.Rusli. Dari Nilai Budaya Bugi s di Sulawesi
Selatan.
Apakah kusta ditakuti atau dibenci?. Lembaga Pengabdian
Masyarakat
Universitas Hasanuddin, Ujung Pandang. 1992.
9.
Nizar Zainal Abidin. Laporan Penelitian Pengobatan
Tradisional Daerah
Bandung. Disajikan pada Lokakarya II tentan g Penelitian
Pengobatan
Tradisional. Ciawi, 22-24 Februari 1993.
10. Sudarti, 1987
11. Loedin AA. Dalam:Lumenta B.Penyakit, Citra Alam dan
Budaya.
Tinjauan Fenomena Sosial. Cet.pertama Penerbit Kanisius,
1989. hal.7-8.
12. Priyanti Pakan, MF.Hatta Swa sono. Antropologi Kesehatan.
Jakarta:
Percetakan Universitas Indonesia, 1986.
13. Rudi Salan. Interface Psikiatri Antropologi. Suatu
kajian hubungan antara
psikiatri dan antropologi dalam konteks perubahan sosial.
Disampaikan
dalam Seminar Perilaku dan Penyakit dalam Konteks Perubahan
Sosial.
Kerjasama Program Antropologi Kesehatan Jurusan Antropologi
Fisip UI
dengan Ford Foundation , Jakarta 24 Agustus 1994. hal 13.
14.
Solita Sarwono. Sosiologi Kesehatan: beberapa konsep beserta
aplikasinya. Gajah Mada University Press. Cet. pertama,
1993. hal. 31-
36.
15. WHO. The Otta wa Charter for Health Promotion,1986.
Konsep Sehat, Sakit dan Penyakit
dalam Konteks Sosial Budaya

Rabu, 18 Mei 2011

informasi vitamin

2.1 VITAMIN A
2.1.1 ACEVIT mecosin T
Tiap kaplet : beta karoten 10.000 UI vit –c 500 mg , vit – E 100 UI .
Indikasi : defisiensi vitamin A , C , dan E . DS : sehari 1 kaplet . KM : ( HNA+) Dos 3x 10 Kaplet Rp 22.000
21.2 AMAROPO phapros K
Tiap kapsul : beta karoten 6 mg , vit –C 100 mg , vit- E 25 mg .
Indikasi : suplemen untuk mencegah kekurangan vitamin A , C dan E . Dosis : 1-2 x sehari 1 kapsul KM : ( HET) Dos 10x10 kapsul Rp 86.650 , botol 30 kapsul Rp 23.050
2.1.3. ANTION Landson , Pertiwi Agung B
Tiap kapsul : Beta karoten 6 mg , vit –C 100 mg Vit – E 25 mg
Indikasi : vitamin suplemen . dosis : 1 kapsul sehari . KM : (HNA+) Dos 10x10 kapsul Rp 99.000
2.1.4 BECECAR Interbat B
Tiap kapsul : Vit-E 25 mg . Vit-C 100 mg , betakaroten 6 mg .
Indikasi : ssuplemen vitamin . DS : sekali sehari 1 kapsul . KM : Dos 10x10 kapsul .
2.1.5 BEFIT Sunthi Sepuri B
Tiap tablet : Beta karoten 5000 UI , vit – C 300 mg , vit- E 50 mg , Zn 150 mcg .
Indikasi : vitamin dan antioksidan . DS: Sekali sehari 1 tablet pada waktu makan . KM : (HNA) Dos 10 x6 tablet Rp .49.200
2.1. 6 BETA C –E O tto B
Tiap kapsul : Beta karoten 10.000 UI , vit- C 60 mg , vit – E 12 mg
Indikasi : suplemen vitamin . DS : 1-2X sehari 1 kapsul . KM : (HNA) Dos 10x10 kapsul Rp.80.000
2.1.7. BEVIZIL Sanbe Farma T
Tiap filocap : beta karoten 10% 30 mg (5.000 UI ) , Vit – C 200 mg , vit- E 50 mg , Zn 15 mg ,selenium 25 mg .
Indikasi : suplemen vitamin . KM : ( HNA ) D os 25 x 4 tablet Rp. 97.500
2.1.8. FOLAMIL Dexa Medica B
Tiap kaplet : Beta karoten 10000 UI ,Vit-B1 10 mg , Vit-B2 2,5 mg , nikotimanida 20 mg , Vit-B6 15 mg
Ca-pantotenat 7,5 mg ,Vit-B12 mcg , Vit-C 100 mg , Vit –D 400 UI , asam folat 1 mg , Ca-laktat 250 mg ,NaF 1 mg .
Indikasi : Nutrisi tambahan selama masa kehamilan dan menyusui , KM: hipersensitivitas , kandungan flour dalam air minum atau makanan > 0,7 ppm . DS: 1 kaplet sehari , KM : ( HNA ) Dos 25x4 kaplet Rp.67.500,
2.2 VITAMIN B1
2.2.1 ALINAMIN Takeda B
Tiamina tetrahidrosulfuri disulfida basa 5 mg /tablet salut gula .
Indikasi :pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B1, seperti beri-beri dan neuritis.DS:Tablet:1 tablet sehari ,KM: Dos 10x10 tablet ;100x10 tablet.
2.2.2 ALINAMIN –F Takeda Tab. B;inj. K
Tiap ml injeksi alinamin F :tiamina tetrahidrosulfuril disulfida basa 2,5 mg , glukosa 200 mg . Tiap tablet tablet alinamin F :tiamin tetrahidrosulfida basa 50 mg ,vit-B2 5 mg .
Indikasi : injeksi:pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B1, seperti beri- beri dan neuritis ;tablet:pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B1 dan B2 ,seperti beri-beri dan neuritis .DS:Tablet : 1 tablet sehari ;injeksi :1-2xsehari 10-20 ml injeksi secara intravena dan perlahan-lahan .KM:Dos 6x10 tablet ;10x10 tablet; 100x10 tablet; 5 ampul injeksi 10 ml.
2.2.3. ARCALION Servier , Darya Varia k
Bisbutiltiamin 200 mg/tablet salut.
Indikasi :berbagai kelemahan ,terutama karena pengaruh obat tertentu,kehamilan masa penyembuhan ,terkena penyakit infeksi atau parasit dan impotensi psikogenik ,kelemahan fisik ,kerja otak yang berat dan kebutuhan lebih banyak vit-B1 ,ES: dapat mengakibatkan air kemih berbau . DS: Sehari 2 tablet , waktu pagi ; kasus parah : sehari 3 tablet .KM: Dos 60 tablet
2.2.4 BESTON Tanabe Abadi B
Bisbutiltiamina 200 mg /tablet salut .
Indikasi :Defisiensi B1 bila penyerapan vitamin ini dari makanan tidak mencukupi karena kebutuhan meningkat pada penyakit katabolik : hipertirodisme , wanita hamil , baru melahirkan , menyusui , nyeri saraf , nyeri otot , nyeri sendi dll. DS: Dewasa:2Xsehari 1 tablet sehari .dosis dapat ditambah atau dikurangi sesuai berat ringan gejala .KM:(HNA+) Dos 100 tablet Rp 72.582.
2.3. MINERAL
2.3.1. ASPAR – K Tanabe Abadi K
Kalium L – aspartat 300 mg/tablet salut film .
Indikasi : sebagai suplemen kalium pada gejala yang disertai keseimbangan abnormal dari elektrolit :jantung, hati , tetraplegi peroidik hipokalemia disebabkan pemberian jangka panjang obat diuretika antihipertensi ,adreno kortokosteroid , digitalis; diare, muntah , DS: 1-3 tablet 3x sehari ,dosis ditingkatkan sesuai gejala .KM (HNA+) Dos 100 tablet Rp 131.1967
2.3.2 BIOCALCIN Bernofarm B
Tiap 5 ml sirop vit-A 3000 UI ,Vit-D3 600 UI , vit –B1 3 mg ,vit-B6 1 mg , vit-B12 5 mcg , niasinamida 20 mg, vit- C 30 mg , Ca-pantotenat 5 mg ,Ca-gliserofosfat 100 mg ,
Indikasi : merangsang pertumbuhan bayi dan anak , meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi ,suplemen gizi pada wanita hamil ,menambah selera makan dan masa pertumbuhan .DS : Anak sampai 1 tahun : sehari 2,5 ml;1-12 tahun :sehari 5 ml ;dewasa : sehari 5-10 ml ,KM :botol 100 ml sirop .
2.3.3. Ca-C 1000 FORTE Novartis B
Tiap tablet buih: kalsium laktat glukonat 2,9 g, kalsium karbonat 300 mg .
Indikasi : bertambahnya keperluan akan kalsium seperti kehamilan , masa nifas , osteosoporosis dan keadaan dekalsifikasi.
KL : insufisiensi ginjal yang parah . DS : osteoporosis : Awal : 3x sehari 2 tablet buih ,larutan dalam segelas air , kemudian kurangi bertahap menjadi 2xsehari 1 tablet . KM: (HNA) Tube 10 tablet Rp .31.650.
2.3.4. CALCIUM SANDOZ SIROP Novartis B
Tiap ml sirop : kalsium glukono-galakto-glukonat 287,5 mg ,kalsium laktobionat 59 mg.
Indikasi : bertambahnya keperluan akan kalsium ,gangguan etabolisme kalsium , keadaan alergi ,peradangan dan keadaan eksudatif, DS: anak sampai 3 tahun : 2-5xsehari 15 ml ,120 ml sirop Rp 33.305
2.3.5. DUMOCALCIN Alpharma B
Kalsium hidrogenfosfat 500 mg /tablet dengan rasa pepermin dan rasa coklat
Indikasi : untuk pembentukan tulang dan gigi ,mencegah dan mengobati raktitis, untuk wanita dan keadaan dimana kadar kalsium darah dan urine meniggi , DS: 2Xsehari ,Dewasa :2-4 tablet ;anak 1-2 tablet .KM : Dos 100 tablet rasa pepermin dan rasa coklat.
2.3.6. HUFALACT Gratia B
Kalsium laktat 300 mg ;500 mg/kaplet .
Indikasi :terapi suplemen pada hipokalsemia atau kebutuhan kalsium meningkat seperti pada kehamilan , menyusui ,penggunaan kortikosteriod dalam jangka lama. KI:gangguan fungsi ginjal atau riwayat batu kalsium saluran kemih ;penderita dengan pengobatan glikosida jantung .ES: sembelit , iritasi gastrointestinal. DS:3xsehari 1-2 kaplet. KM: Kaleng 1.000 kaplet 300 mg Rp.32.645 ,;1000 kaplet 500 mg Rp 43.000

Minggu, 24 April 2011

istilah-istilah umum dalam anatomi

ISTILAH-ISTILAH UMUM DALAM ANATOMI

Berlaku di bagian tubuh :

Dorsal = menuju arah punggung, atas (dorsum = punggung)
Ventral = menuju arah perut, bawah (venter = perut)
Cranial = menuju ke arah kepala, depan (cranium = tengkorak)
Caudal = menuju arah ekor, belakang (cauda = ekor)
Anal = menuju arah anus, belakang (anus = dubur)

Berlaku di bagian kepala:

Oral = menuju arah mulut, depan (oris = mulut)
Apical = menuju arah puncak, atas (apex = puncak)
Aboral = menjauhi arah mulut, kebelakang (nucha = kuduk)
Nuchal = menuju tengkuk, kebelakang (nucha = kuduk)
Rostral = menuju arah hidung (daerah hidung)

Berlaku di bagian anggota gerak (extremitas):

Proximal = mendekati tubuh, ke atas
Distal = menjauhi tubuh, ke bawah
Dorsal = punggung tangan atau kaki depan
Volar = sisi belakang tangan / kaki depan
Palmar = sisi belakang tangan
Plantar = sisi belakang kaki belakang
Ulnar = sisi luar tangan/ kaki depan
Radial = sisi dalam tangan / kaki depan
Fibular = sisi luar kaki belakang
Tibial = sisi dalam kaki belakang

Berlaku untuk orientasi bidang-bidang pada tubuh:

Lateral = menjauhi bidang median tubuh, luar
Medial = mendekati bidang median tubuh, dalam,tengah
Median = bidang tengah tubuh, memisahkan tubuh menjadi dua bagian yang simetris

Sagittal = sejajar dengan median, tetapi di luar bidang median
Transversal = tegak lurus bidang median, memotong poros tubuh
Horizontal = tegak lurus bidang median, sejajar poros tubuh

Berlaku untuk orientasi berbagai arah:

Dexter = kanan
Sinister = kiri
Externus = sebelah luar
Intenus = sebelah dalam
Profundus = menjauhi permukaan
Superficialis = mendekati permukaan, luar
Transversus = melintang
Longitudinalis = memanjang, menurut sumbu memanjang
Ecto = luar (lapisan luar)
Meso = tengah (lapis tengah)
Endo = dalam (lapis dalam, di dalam)
Epi = di atas (tutup)
Peri = sekeliling, sekitar
Dia = pemisah, penyebaran (diameter = garis tengah)
Hypo = di bawah
Hyper = di atas
Basis = dasar, alas, bawah
Apex = puncak, atas
Margo = tepi (marginal = tepian)

Berbagai sebutan sifat:

Magnus = besar
Brevis = kecil
Major/ majus = besar
Minor/ minus = kecil
Alba = putih
Nigra = hitam
Flava = kuning
Rubra = merah
Grisea = abu-abu
Lutea = kuning
Chloros = hijau
Dorum/ serra = keras
Molle = lunak
Supra = atas, lebih atas
Infra = bawah, lebih bawah

Berbagai bentukan / bangunan

Facies = muka, permukaan
Fovea = lekuk yang bulat
Facialis = termasuk permukaan
Fascia = lembaran, balut, selaput otot
Foramen = lubang
Sulcus = lekuk / alur
Fasciculus = berkas
Canalis = Saluran, pipa
Cavum = Rongga
Caverna = rongga (caver-nosus = berongga-rongga)
Caput = kepala
Condylus = benjol sendi
Collum = leher
Spina = duri
Crista = bingkai, tepian tajam, sisir
Sinus = lengkung, rongga kecil, serambi
Processus = taju
Fissura = celah, robek
Incissura = irisan, sobekan

Jumat, 22 April 2011

Makalah Mengelola Etika dan Tanggung Jawab Sosial

Makalah Mengelola Etika dan Tanggung Jawab Sosial
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Semakin besar suatu organisasi, maka semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap organisasi tersebut. Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan oleh karena itu, diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika bisnis, baik secara moral maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu system juga diharapkan dapat memiliki tanggung jawab social terhadap masyarakat.
Berita yang menggembirakan dari kalangan dunia usaha dewasa ini adalah semakin banyaknya jumlah organisasi yang menciptakan jabatan-jabatan baru yang berkaitan dengan lingkungan dalam jajaran pimpinan puncak mereka. Yang menjadi pusat perhatian para pimpinan tersebut adalah segala kegiatan perusahaan, dari program daur ulang yang dilakukan sampai ke kebijaksanaan jangka panjang perusahaan terhadap lingkungan. Ini semua menuntut keterampilan dari manajer ditambah kemampuan mereka dalam mengatasi berbagai macam isu tentang peraturan dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan lingkungan. Kemampuan melakukan diplomasi juga akan sangat membantu karena mereka juga berbicara atas nama lingkungan alam, dan rakyat, dalam berbagai forum eksekutif. Pada perusahaan DuPont, misalnya, setiap tahun dilakukan penilaian terhadap para line manajer tentang seberapa baik mereka mengelola tanggung jawab yang berkaitan dengan lingkungan.
Namun di sisi lain, muncul berita yang kurang menggembirakan, yakni bahwa tidak semua laporan tentang dunia usaha seperti yang sudah dibahas di muka. Sebagai contoh beberapa eksekutif Beech-Nut mendekam dalam penjara karena perusahaan tersebut menjual apple juice palsu. Juice yang berlabel “100% fruit juice” tersebut ternyata campuran dari bahan-bahan sintetis.
Tidakkah anda merasa khawatir akan apa yang terjadi di dalam masyarakat seandainya tindakan semacam itu sudah menjadi kebiasaan? Seharusnya kita bertanya “bukankah ini saat bagi kita untuk mulai serius tentang aspek moral dan dampak sosial dari pengambilan keputusan dalam perusahaan?” jawabannya tentu saja adalah ya. Yang menjadi pusat dari pembahasan ini adalah tanggung jawab manajer dalam membanru pihak lain untuk mencapai kinerja yang tinggi namun dengan sekaligus juga selalu bertindak melalui cara-cara yang etis dan bertanggung-jawab.

Contoh kasus dalam dilema manajer
Salah satu ketakutan paling besar dalam usaha jasa makanan adalah bila ada salah seorang pekerja ada yang menularkan penyakitnya, seperti hepatitis A yang kita ketahui adalah virus yang sangat mudah menular yang ditularkan melalui makanan, penggunaan peralatan obat dengan seorang yang telah terinfeksi bersama-sama, ke dalam makanan produksi mereka. Para manajer dan pemilik jasa makanan setempat mengkhawatirkan apa yang dapat dilakukan jika suatu kasus hepatitis menimpa usaha mereka, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Dan kekhawatiran itu menjadi kenyataan bagi salah satu usaha jasa makanan setempat.
Bob Mericle, pemilik restoran Wafle House di Springfield, Missouri, dihadapkan pada sebuah dilemma berat, didapati salah satu juru masakdi restorannya mungkin telah menularkan hepatitis A-nya kepada 350 orang selama periode 5 hari. Tuan Mericle harus mengambil keputusan. Haruskah ia mengumumkan informasi itu atau haruskah ia melaporkannya ke departemen kesehatan sebagaimana diminta?
Menghadapi dilemma sulit seperti harus atau tidak harus mengumumkan penyakit menular hanyalah salah satu contoh jenis-jenis masalah tanggung jawab etis dan social yang boleh jadi harus dihadapi oleh para manajer sewaktu mereka merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Sewaktu para manajer dan organisasi menjalankan usaha mereka, factor-faktor social dapat dan memang mempengaruhi tindakan-tindakan mereka.






BAB 2
PEMBAHASAAN

2.1 PERILAKU YANG ETIS
Saat kita menjalani hidup sehari-hari, kita diarahkan oleh banyak pengaruh. Sebagai warga masyarakat yang berkesadaran social, kita ingin melakukan apa yang benar secara moral, etis dan menurut hukum. Kata ethics berasal dari bahasa yunani ethos, yang berarti karakter. Etika adalah seperangkat prinsip moral atau nilai-nilai yang menegaskan benar atau salah bagi seseorang atau suatu kelompok. Semua individu termasuk manajer harus bertanggung jawab pada masyarakat atas perilaku mereka. Untuk itu perilaku yang etis dapat didefinisikan sebagai perilaku yang memenuhi prinsip-prinsip yang benar dan salah yang telah diterima oleh masyarakat.

2.1.1 Etika dan Sifat-Sifat Dasar Pekerjaan Manajemen
Etika individu dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain pengaruh keluarga, factor situasi, nilai moral dan agama, pengalaman dan pengaruh dari teman. Definisi yang lebih luas lagi, etika berkaitan dengan hubungan organisasi dengan pihak luar maupun pihak dalam organisasi. Perhatian terhadap etika dalam organisasi dapat dibagi tiga :
1. Hubungan organisasi dengan karyawan, antara lain organisasi harus menyediakan system kompensasi yang adil dan layak berdasarkan peraturan yang berlaku, organisasi menyediakan kondisi kerja yang baik, adanya kesempatan karyawan untuk dipromosikan, dan lain-lain.
2. Hubungan karyawan dengan organisasi, antara lain bahwa karyawan harus berperilaku jujur dan loyal terhadap organisasi dalam arti dapat menjaga rahasia organisasi
3. Hubungan organisasi dengan pihak luar, berkaitan dengan bagaimana berperilaku yang etis terhadap konsumen, pesaing, pemerintah, pemegang saham, masyarakat, dll.
Sebagai contoh, Wal-Mart memiliki pedoman yang tegas sehubungan dengan perilaku etis karyawan. Siapa saja yang menerima sesuatu yang berharga (makan malam, uang tip, dan sebagainya) dari perusahaan yang memiliki hubungan usaha dengan Wal-Mart, akan segera diberhentikan. Bahkan karyawan Wal-Mart tidak mengijinkan perwakilan perusahaan lain membelikan mereka secangkir kopi. Selanjutnya, untuk mendorong karyawan berperilaku etis, maka semua pemasok dan mitra dagang Wal-Mart diminta untuk melakukan transaksi dengan karyawan Wal-Mart diruang kaca sehingga dapat dilihat oleh setiap orang yang berjalan melewati lobby kantor pusat. Terakhir, di dinding setiap ruang kaca tersebut dihiasi dengan poster bertuliskan, “barang apa saja yang diterima (dari pemasok dan mitra dagang) akan dikembalikan atas biaya si pengirim”.
Perilaku menejemen yang tidak etis terjadi bila mana manajer secara pribadi melanggar prinsip-prinsip benar dan salah yang telah disepakati. Wewenang dan kekuasaan yang melekat pada beberapa posisi manajemen dapat mendorong manajer untuk terlibat dalam tindakan tidak etis. Karena manajer sering kali menguasai sumber-sumber daya perusahaan, maka terdapat resiko dimana beberapa manajer dapat menyalahgunakan pemakaian yang sah atas sumber-sumber daya tersebut untuk kepentingan pribadi. Seperti misalnya, mengajak tamu untuk makan malam adalah umum dan kegiatan yang sah diberbagai perusahaan. Akan tetapi, jika manajer meminta karyawan untuk membantu pekerjaan pribadi seperti mengambil pakaian manajer dibinatu, adalah perilaku yang tidak etis.
Menangani informasi adalah salah satu bidang dimana manajer harus berhati-hati dalam berperilaku etis. Informasi adalah suatu bagian penting dari pekerjaan manajemen. Manajer mengumpulka, menganalisis, melakukan tindakan, dan menyebarkannya. Mereka juga diharapkan untuk memperoleh informasi yang benar dan jika diperlukan, menyimpan informasi rahasia. Membocorkan rahasia perusahaan kepada pesaing memainkan angka, menyembunyikan informasi atau berbohong merupakan beberapa kemungkinan penyalahgunaan informasi yang dipercayakan kepada manajer. Sebagai contoh, di Hongkong, “Ba Dan” secara harfiah berarti lembar putih. Di divisi Bausch & Lomb’s Hongkong, manajer menggunakan istilah “Ba Dan” untuk angka penjualan palsu yang mereka kirim kepada kantor pusat setiap bulan. Untuk mempertahankan kedudukannya sebagai divisi internasional Bausch & Lomb’s yang teratas, manajer Hongkong memalsukan angka penjualan untuk pelanggan asia tenggaranya. Kemudian untuk membuat agar angka palsu itu terlihat sebagai penjualan yang asli, mereka mengirim produknya ke gudang pelanggan yang palsu. Bausch & Lomb’s menggunakan auditor keuangan perusahaan ditambah departemen keamanan internal yang dikelola oleh mantan agen rahasia dan mantan perwira polisi untuk mengadakan operasi “sengat” untuk menangkap karyawan yang melakukan kenakalan “Ba Dan” di Hongkong.
Bidang ketiga dimana manajer harus berhati-hati jika hendak menerapkan perilaku etis adalah cara mereka mempengaruhi perilaku orang lain terutama bawahan mereka. Pekerjaan manajerial memberikan kekuasaan yang besar untuk mempengaruhi orang lain. Jika manajer meminta karyawan melakukan tindakan tidak etis (atau menghadapi perilaku kasar), seperti “memalsukan angka untuk mendapatkan hasil”, maka mereka menyalahgunakan wewenang manajerial. Hal ini kadang-kadang disebut sindroma “kerjakan atau keluar.” Sindroma dijumpai apabila seorang manajer mengatakan kepada karyawannya, “kerjakan, karena anda dibayar untuk itu. Jika anda tidak dapat mengerjakannya, kami akan mencari orang lain yang dapat mengerjakannya.”
Menetapkan sasaran adalah cara lain yang digunakan manajer untuk mempengaruhi perilaku karyawan mereka. Seperti misalnya, di Bausch & Lomb yang mendapat tekanan yang sangat besar untuk mencapai kenaikan pendapatan dua angka setiap tahun. Seorang mantan pimpinan perusahaan berkata, “sekali anda menyetujui jumlah target penjualan anda, anda diharapkan untuk mencapainya,” tanpa alasan. Tekanan untuk mencapai angka penjualan begitu besar, sehingga Bausch & Lomb mengatakan kepada pembeli bahwa mereka bias memperoleh produk kacamata dan lensa kontak Bausch & Lomb yang terbaik hanya jika mereka juga membeli produk lainnya yang kurang laku dan tidak mereka butuhkan. Kemudian saat pesaing muncul dengan lensa kontak yang dapat dibuang, Bausch & Lomb dengan mudah menawarkan lensa kontak biasa yang telah dipasarkan selama 15 tahun, kemudian mengganti kemasannya dan menjualnya kepada konsuman sebagai produk baru yang juga dapat dibuang.
Terdapat beberapa sumber potensial yang dapat menimbulkan dilemma dalam masalah etika bagi seorang manajer, antara lain :
1. Diskriminasi, dimana manajer menolak promosi seseorang atau lamaran kerja calon karyawan dikarenakan ras, agama, jenis kelamin, umur, dan kriteria-kriteria lain yang tidak berkaitan dengan pekerjaan.

2. Pelecehan seksual
3. Konflik kepentingan, misalnya jika manajer meminta suatu imbalan untuk pengambilan keputusan yang dapat menguntungkan si pemberi imbalan.
4. Menyalahgunakan kepercayaan konsumen, misalnya manajer memiliki informasi tertentu tentang konsumen dan membaginya dengan orang lain.
5. Manajer menggunakan fasilitas kantor untuk kepantingan pribadi.

2.1.2 Penyimpangan di Tempat Kerja
Penyimpangan di tempat kerja adalah perilaku tidak etis yang melanggar norma-norma organisasi mengenai benar dan salah. Penyimpangan produksi yaitu merusak mutu dan jumlah hasil produksi. Penyimpangan hak milik adalah perilaku tidak etis terhadap harta milik perusahaan. Penyusutan adalah pencurian barang dagangan milik perusahaan oleh karyawan. Penyimpangan politik menggunakan pengaruh seseorang untuk merugikan orang lain di perusahaan. Penyerangan pribadi adalah sikap bermusuhan atau perilaku menyerang terhadap orang lain.
Gambar 1. Jenis-jenis Penyimpangan di Tempat Kerja
ORGANISASI





RINGAN BERAT




.
ANTAR – PRIBADI
2.2 BAGAIMANA MENGAMBIL KEPUTUSAN YANG ETIS ?
Dimusim dingin, di tengah badai salju, sekolah-sekolah ditutup dan banyak orang memutuskan untuk berdiam di rumah. Akan tetapi, Richard Addressi telah selesai mandi, bercukur dan berpakaian untuk ke kantor. Ayah Addresi telah bekerja di IBM selama 36 Tahun, sedangkan dia kurang 4 bulan dari peringatan ke-30 masa kerjanya di perusahaan itu. Addresi berpamitan mencium Istrinya, Joan, tetapi sebelum ia memcapai mobilnya, ia terjatuh di lantai garasi dan meninggal karena serangan jantung. Dia telah bekerja di IBM sejak usia 18 tahun dan baru saja mencapai usia 48.
Anda adalah wakil presiden yang berwenang mengurus kesejahteraan karyawan IBM. Addressi hanya kurang 4 bulan sebelum mencapai pensiun penuh, apakah anda akan memberikan pension sepenuhnya kepada istri Addressi dan anak-anaknya? Jika anda menjawab ya, mereka akan menerima uang pension penuh sebesar $ 1800 per bulan dan bebas biaya pengobatan seumur hidup. Jika anda mengatakan tidak, istri Addresi dan anak-anaknya hanya akan menerima $ 340 sebulan. Mereka juga harus membayar $473 per bulan untuk melanjutkan asuransi kesehatannya. Sebagai wakil presiden yang menangani kesejahteraan karyawan di IBM, tindakan etis apa yang harus dilakukan?

2.2.1 Pengaruh Pada Pengambilan Keputusan yang Etis
Karena Richard Addessi telah bekerja 30 tahun kurang 4 bulan, pimpinan IBM tidak mempunyai pilihan lain kecuali memberikan Joan Addressi dan kedua anak perempuannya bagian dana pensiun yang lebih kecil. Apakah keputusan IBM adalah etis? Mungkin anda akan mengatakan tidak. Anda bayangkan bagaimana perusahaan begitu tega tidak memberikan pensiun penuh kepada keluarga Richard Addressi yang anda yakini mereka berhak akan itu. Mungkin orang lain berpendapat bahwa IBM telah melakukan tindakan yang etis dengan mengikuti peraturan yang telah ditetapkan dalam program pensiun. Lagi pula, bertindak adil berarti menerapkan peraturan yang sama kepada setiap orang.

A. Intensitas Etika dari keputusan
Para manajer tidak sama dalam memperlakukan semua keputusan etika. Perbedaan keputusan yang akan diperlakukan adalah intensitas etika, yaitu seberapa besar perhatian seseorang pada permasalahan etika. Ketika menghadapi masalah-masalah dengan intensitas etika yang tinggi, manajer lebih berhati-hati atas dampak dari keputusan mereka kepada orang lain. Mereka mungkin memandang keputusan tersebut sebagai keputusan etika atau moral dari pada sekedar keputusan ekonomi. Mereka merasa lebih khawatir dalam melakukan “hal yang benar”.
Intensitas etika tergantung kepada enam factor, yaitu:
1. Besarnya akibat adalah jumalh kerugian atau keuntungan yang dihasilkan dari suatu keputusan etika. Makin banyak orang yang dirugikan atau semakin besar kerugian yang diderita oleh orang-orang itu, maka semakin besar akibatnya.
2. Kesepakatan social adalah kesepakatan apakah suatu perilaku itu baik atau buruk. Sebagai contoh, selain dari tindakan mempertahankan diri, banyak orang belum sepakat apakah membunuh adalah salah. Namun, banyak orang belum sepakat terhadap aborsi atau hukuman mati.
3. Kemungkinan akibat adalah kesempatan dimana sesuatu akan terjadi dan mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Misalnya, kamungkinan akibat adalah rokok. Kita tahu bahwa merokok akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan jantung, penyakit kanker, paru-paru, impotensi, dan gangguan pada janin.
4. Kesiapan sementara adalah waktu diantara tindakan dengan akibat yang ditimbulkannya. Kesiapan sementara lebih kuat apabilamanajer harus memberhentikan karyawan minggu depan dibandingkan dengan tiga bulan kedepan.
5. Kedekatan akibat adalah jarak social, kejiwaan, budaya, atau fisik dari pengambil keputusan dengan mereka yang terkena dampak dari keputusannya.
6. Konsentrasi akibat adalah seberapa besar suatu tindakan mempengaruhi rata-rata orang. Misalnya, menipu 10 investor masing-masing senilai $10.000, menghasilkan konsentrasi akibat yang lebih besar dari pada menipu 100 investor dengan masing-masing senilai $1.000.

B. Pengembangan Moral
Ada tiga tingkat perkembangan moral yang masing –masing terdoro dari dua tahap. Pada setiap tahap berikutnya, pertimbangan moral seseorang menjadi semakin berkurang ketergantungannya pada pengaruh-pengaruh luar. Ketiga tingkatan itu dan keenam tahapan itu dalam gambar 2.
Gambar 2. Tahap-tahap perkembangan moral
Tingkat Deskripsi Tahap-Tahap
Prinsip 6. Mengikuti prinsip-prinsip etis yang dipilih sendiri bahkan seandainya prinsip-prinsip itu melanggar hukum
5. menghargai hak-hak orang lain dan mempertahankan nilai-nilai dan hak-hak mutlak tanpa memperdulikan pendapat mayoritas.
Konvensional 4. Mempertahankan tatanan konvensinya dengan memenuhi kewajiban-kewajiban yang telah anda sepakati
3. Menghayati apa yang diharapkan oleh orang-orang yang dekat dengan anda
Pra Konvensional 2. Mentaati peraturan apabila berbuat sedemikian itu merupakan kepentingan langsung anda
1. Mentaati peraturan untuk menghindari hukuman fisik

Riset pada tahap-tahap ini memungkinkan kita untuk menarik sejumlah kesimpulan. Pertama, orang melangkah melalui keenam tahap itu dalam bentuk tangga. Mereka perlahan-lahan menaiki suatu tangga, tahap demi tahap. Kedua, tidak ada jaminan berlangsungnya pertumbuhan moral. Pertumbuhan dapat berhenti pada setiap tahap. Ketiga, mayoritas orang dewasa berada ditahap 4. Mereka terbatas pada memenuhi aturan-aturan dan akan siap sedia untuk berperilaku secara etis. Misalnya, seorang manajer tahap ketiga cenderung membuat membuat keputusan-keputusan yang akan mendapatkan persetujuan rekan sejawat, seorang manajer tahap keempat akan berusaha untuk menjadi “warga korporasi yang baik” dengan membuat keputusan-keputusan yang menghormati prosedur-prosedur dan peraturan-peraturan organisasi itu; dan seorang manajer dalam tahap kelima lebih cenderung menantang praktek-praktek organisasi yang dianggapnya keliru. Banyak usaha-usaha belakangan ini dilakukan oleh perguruan-perguruan tinggi guna meningkatkan kesadaran etis para mahasiswa dan pedoman-pedoman dipusatkan untuk mendorong mereka bergerak ke tingkat yang berprinsip.
C. Prinsip-prinsip Pengambilan keputusan yang etis
Selain dari masalah-masalah intensitas etika yang tingkat kedewasaan moral seorang manajer, prinsip-prinsip etika tertentu yang digunakan manajer juga akan mempengaruhi cara mereka memecahkan dilemma etika. Sayangnya tidak ada satupun “prinsip ideal” yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan bisnis yang etis.
Menurut Profesor Larue Hosmer, sejumlah prinsip etika yang berbeda dapat digunakan untuk mengambil keputusan bisnis, antara lain:
1. Prinsip kepentingan pribadi jangka panjang
Prinsip etika dimana anda tidak perlu melakukan tindakan apapun yang bukan menyangkut kepentingan jangka panjang pribadi atau organisasi anda.
2. Prinsip kebijaksanaan pribadi
Prinsip etika yang berkeyakinan bahwa anda tidak boleh melakukan apapun yang tidak jujur, tidak terbuka, tidak tulus dan tidak suka dilaporkan di surat kabar maupun televisi.
3. Prinsip perintah agama
Prinsip etika yang berkeyakinan bahwa anda janganlah melakukan tindakan yang tidak baik dan tidak menciptakan sikap bermasyarakat, sikap dimana setiap orang berkerja bersama mencapai tujuan yang diterima masyarakat.
4. Prinsip peraturan pemerintah
Prinsip etika yang menghendaki agar anda tidak melakukan tindakan yang melanggar hukum, karena hukum mewakili standar moral minimal.
5. Prinsip manfaat bersama
Prinsip etika yang menyatakan bahwa anda tidak boleh melakukan perbuatan yang tidak menghasilkan kebaikan lebih besar kepada masyarakat. Sebaliknya, lakukan apa yang menciptakan kebaikan terbesar kepada jumlah terbanyak.
6. Prinsip hak perorangan
Prinsip etika yang meyakini bahwa anda tidak boleh melakukan perbuatan yang melanggar hak orang lain yang telah disepakati.



7. Prinsip pemerataan keadilan
Prinsip etika yang menyatakan bahwa anda seharusnya tidak melakukan perbuatan yang merugikan bagi kelompok terkecil diantara kita : yang miskin, tidak berpendidikan dan pengangguran.
Kesamaan yang dimiliki oleh prinsip-prinsip etika tersebut adalah bahwa prinsip itu mendorong manajer dan karyawan untuk mempertimbangkan kepentingan orang lain saat mengambil keputusan yang etis.

2.2.2 Langkah Praktis untuk Pengambilan Keputusan yang Etis
A. Seleksi dan Penerimaan Karyawan yang Beretika
Sebagai contoh kasus kita biasa lihat; jika anda menemukan sebuah dompet yang berisi $50, apakah anda akan mengembalikan dengan uangnya? Menurut Majalah Reader’s Digest meneliti pertanyaan ini dengan cara meninggalkan 120 dompet. Pada penarika contoh yang terpilih bukan secara ilmiah, yaitu di tiga kota besar, tiga wilayah pinggiran kota, dan tiga kota kecil. Setiap dompet berisikan $50, nama, alamat setempat, foto keluarga, catatan, dan kupon seperti yang bias dijumpai dalam sebuah dompet. Hasilnya 67 persen dari dompet tersebut dikembalikan dengan uang $50. Dompet tersebut lebih banyak dikembalikan oleh wanita (72 %), dari pria (62 %), dan lebih banyak dikembalikan di kota kecil (80 %) daripada di kota besar (70 %), pinggir kota (60 %), atau kota menengah (57 %).
Sebagai pengusaha, anda dapat meningkatkan kesempatan untuk menerima karyawan jujur, yang mengembalikan dompet beserta uangnya, jika anda memberika tes kejujuran kepada pelamar kerja. Jenis-jenis Tes Kejujuran :
1. Tes Kejujuran Terbuka
Memberikan tes tertulis yang memperkirakan kejujuran karyawan dengan cara bertanya langsung kepada pelamar kerja mengenai apa pendapat atau perasaan mereka tentang pencurian atau tentang hukuman terhadap perilaku yang tidak etis.
2. Tes Kejujuran berdasarkan Kepribadian
Tes tertulis yang secara tidak langsung menilai kejujuran karyawan dengan mengukur sifat kejiwaan seperti misalnya ketergantungan dan ketelitian. Sebagai contoh, penghuni penjara dikarenakan kejahatan kerah putih ( pemalsuan, penggelapan, dan penipuan) dinilai lebih rendah dari pada kelompok manajer tingkat menengah dalam hal ukuran kepercayaan, ketergantungan, kejujuran, ketelitian, dan ketaatan. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat menerima karyawan secara selektif dan mempromosikan karyawan yang lebih beretika.

B. Pelatihan Etika
Tujuan dari pelatihan etika adalah :
1. Membangun kesadaran karyawan tentang etika. Hal ini berarti membantu karyawan mengenali masalah mana yang merupakan masakah etika dan kemudian menghindari pembenaran terhadap perilaku yang tidak etis. Dua perusahaan telah menciptakan permainan lembaga untuk meningkatkan kesadaran akan masalah etika. Citicorp Banks mamiliki suatu permainan yang disebut “Etika Kerja” di mana pemainnya dinilai menang atau kalah, tergantung pada jawaban mereka terhadap pertanyaan mengenai hukum, peraturan, kebijakan, dan pertimbangan.
2. Untuk memperoleh kepercayaan pada karyawan. Tidak mengherankan jika karyawan menjadi sangat curiga akan alasan manajemen menawarkan pelatiha etika.
3. Untuk melatih karyawan suatu model praktis dari pengambilan keputusan yang etis. Suatu model dasar dapat membantu mereka memikirkan akibat dari keputusan mereka bagi orang lain dan mempertimbangkan bagaimana mereka dapat memilih diantara berbagai pemecahan.

Langkah-Langkah Dalam Membuat Keputusan yang Etis :
1. Menyadari adanya dilemma yang berkaitan dengan etika
2. Mencari Fakta
3. Mengidentifikasi Pilihan
4. Menguji masing-masing pilihan
Apakah tidak melanggar hukum?
Apakah tepat ?
Apakah bermanfaat ?
5. Memutuskan pilihan yang akan diambil
6. Melakukan pemeriksaan ulang terhadap keputusan anda:
Bagaimanakah perasaan saya apabila keluarga saya mengetahui keputusan saya?
Bagaimanakah perasaan saya seandainya keputusan tersebut disebarluaskan dalam surat kabar setempat ?
7. Melaksanakan keputusan

C. Iklim Etika
Langkah pertama untuk membangun iklim etika adalah agar para manager sendiri bertindak secara etis. Manajer yang menolak hadiah mewah dari pemasok perusahaan yang hanya menggunakan telepon, faks, dan mesin copy untuk keperluan usaha dan buka untuk kepentinga pribadi atau yang menepati janji kepada karyawan, pemasok, dan pelanggan, akan mendorong orang lain percaya bahwa perilaku etis adalah normal dan diterima.
Langka kedua dalam membangun iklim etika adalah agar manajemen puncak berperan aktif dalam program etika perusahaan.
Langkah ketiga adalah menciptakan system pelaporan yang mendorong manajer dan karyawan melaporkan pelanggaran etika. Pengaduan, yaitu melaporkan pelanggaran etika yang dilakukan oleh orang lain, adalah langkah yang sulit bagi bagi banyak orang. Calon pelapor sering kali merasa takut bahwa mereka akan dihukum lebih dari pada si pelanggar etika itu.
Serta langkah yang terakhir dalam pembentukan iklim etika adalah agar manajemen secara adil dan konsekuen menghukum mereka yang melanggar kode etik perusahaan.

2.3 DUA PANDANGAN YANG BERBEDA
Pandangan Klasik (The Classical View) adalah pandangan bahwa satu-satunya tanggung jawab manajemen adalah untuk memaksimalkan keuntungan atau laba. Pendukung dari pandangan klasik ini adalah Milton Friedman. Ia mengatakan bahwa kebanyakan manajer sekarang ini adalah manajer profesional, yang berarti mereka tidak memiliki perusahaan yang mereka jalankan. Mereka adalah karyawan, hanya bertanggung jawab kepada para pemegang saham. Oleh karena itu tanggung jawab utama mereka adalah menjalankan usaha itu demi kepentingan terbaik bagi para pemegang saham tadi. Dan kepentingan yang terbaik bagi para pemegang saham adalah pendapatan finansial.
Menurut Friedman, apabila manajer-manajer memutuskan sendiri untuk menghabiskan sumber daya organisasi mereka bagi “kebaikan sosial” mereka menggerogoti mekanismen pasar. Seseorang harus membayar pendistribusian ulang aset-aset ini. Apabila tindakan-tindakan yang secara sosial bertanggung jawab itu mengurangi laba dan deviden, maka para pemegang saham akan rugi. Apabila upah dan tunjangan-tunjangan harus dikurangi untuk membayar tindakan-tindakan sosial, para konsumen akan rugi. Seandainya harga-harga lebih tinggi ditolak oleh para konsumen dan penjualan merosot, usaha itu barangkali tidak akan berlangsung terus menerus, dalam hal ini, semua unsur organisasi akan rugi. Apalagi Friedman mengatakan apabila manajer-manajer profesional mengejar sesuatu yang lain daripada laba, mereka secara implisit mengangkat diri mereka sendiri sebagai pembuat kebijakan yang tidak dipilih. Ia mempertanyakan apakah para manajer perusahaan-perusahaan bisnis itu mempunyai keahlian untuk menentukan bagaimana masyarakat itu seharusnya. Hal itu, kata Friedman, merupakan masalah yang harus diputuskan oleh perwakilan-perwakilan politik yang kita pilih.
Pandangan Sosial Ekonomi (The socioeconomic view) adalah pandangan bahwa tanggung jawab sosial manajemen jauh melampaui sekedar memperoleh laba melainkan juga mencakup melindungi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Para sosial ekonomi melawan dengan mengatakan bahwa jaman telah berubah, dan bersama dengan jaman harapan-harapan masyarakat terhadap bisnis berubah pula. Ini paling baik diilustrasikan dalam pembentukan perusahaan-perusahaan secara hukum. Perusahaan itu terdaftar oleh pemerintah, dan pemerintah memberikan ijin untuk mencabutnya. Jadi perusahaan-perusahaan itu bukanlah badan-badan mandiri yang hanya bertanggung jawab pada pemegang saham. Mereka pun mempunyai tanggung jawab terhadap masyarakat yang lebih luas yang menciptakan dan mendukung mereka. Salah seorang penulis, dalam mendukung pandangan sosial ekonomi itu mengingatkan kita bahwa “memaksimalkan laba merupakan prioritas kedkedua perusahaan , bukan prioritas utama. prioritas pertama adalah menjamin kelangsungan hidupnya.


No. Argumen-Argumen Yang Mendukung Dan Melawan Tanggung Jawab Sosial
Argumen yang mendukung Argumen yang menentang
1 Harapan-harapan masyarakat, harapan-harapan masyarakat terhadap perusahaan telah meningkat secara dramatis sejak tahun 1960-an. Pendapat umum sekarang mendukung agar perusahaan mengejar sasaran-sasaran sosial maupun ekonomis. Menghalangi memaksimalkan laba, hal ini merupakan inti sudut pandangan klasik. Bisnis menjadi bertanggung jawab secara sosial apabila secara ketat memperhatikan kepentingan-kepentingan ekonominya dan membiarkan kegiatan-kegiatan lain ditangani lembaga-lembaga lain.
2 Laba jangka panjang, perusahaan-perusahaan yang secara sosial bertanggung jawab itu cenderung memiliki laba jangka panjang yang lebih terjamin. Lunturnya tujuan, mengejar sasaran-sasaran sosial itu melunturkan maksud utama perusahaan, yitu produktivitas ekonomi.
3 Kewajiban etis, sebuah perusahaan bisnis dapat dan seharusnya bertanggung jawab secara sosial, sebab tindakan tindakan-tindakan yang bertanggung jawab itu benar demi dirinya sendiri. Biaya-biaya, banyak tindakan yang secara sosial bertangung jawab tidak menutup biaya-biayanya. Bisnis harus menyerap ongkos-ongkos itu atau membebankannya kepada konsumen melalui harga yang lebih tinggi.
4 Citra Masyarakat, perusahaan-perusahaan berusaha untuk meningkatkan citra mereka di masyarakat guna meningkatkan penjualan, mendapatkan karyawan yang lebih baik, akses pendanaan, dan keuntungan-keuntungan lain. Terlampau banyak kekuasaan, perusahaan itu sudah merupakan salah satu sektor masyarakat kita yang paling berkuasa. Apabila perusahaan itu mengejar tujuan-tujuan sosial, perusahaan itu bahkan akan memilki kekuasaan yang lebih besar lagi.
5 Lingkungan yang lebih baik, keterlibatan usaha dapat menolong memecahkan masalah-masalah yang sulit, menolong menciptakan mutu kehidupan yang lebih baik dan masyarakat yang lebih menyenangkan di mana perusahaan dapat menarik dan mempertahankan keryawan-keryawan yang terampil. Kurangnya keterampilan, pandangan dan kemampuan para pemimpin bisnis terutama diarahkan pada ekonomi. Usahawan itu tidak memilki kualifikasi yang baik untuk menangani masalah-masalah sosial.
6 Menghambat peraturan pemerintah lebih lanjut, peraturan pemerintah menambah biaya ekonomi dan membatasi fleksibilitas keputusan para manajer. Dengan menjadi bertanggung jawab secara sosila, perusahaan dapat mengharapkan berkurangnya peraturan pemerintah. Kurangnya pertanggungjawaban, para pemimpin bisnis beranggapan tidak ada garis-garis tanggung jawab sosial langsung dari sektor bisnis kepada masyarakat umum.
7 Keseimbangan tanggung jawab dengan kekuasaan, perusahaan memiliki sejumlah besar kekuasaan di dalam masyarakat. Dibutuhkan jumlah tanggung jawab yang sama besar untuk mengimbanginya. Kurangnya dukungan dari masyarakat luas, tidak ada mandat luas atau teriakan dari masyarakat terhadap bisnis untuk terlibat dalam masalah-masalah sosial.
8 Kepentingan-kepentingan pemegang saham, tanggung jawab sosial akan memperbaiki harga saham perusahaan dalam jangka panjangnya.
9 Kepemilikan sumber-sumber, organisasi bisnis memiliki sumber-sumber keuangan, keahlian teknis, dan bakat manajerial untuk mendukung proyek-proyek masyarakat dan amal yang memerlukan bantuan.
10 Keunggulan pencegahan atas penanganan masalah, masalah-masalah sosial harus ditangani pada waktu tertentu.

2.4 ETIKA MANAJERIAL
Etika adalah aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang merumuskan perilaku benar dan salah, dalam hal ini kita ingin meninjau dimensi etis keputusan-keputusan manajerial. Banyak keputusan yang dibuat para manajer menuntut mereka untuk merenungkan siapa yang dapat terkena, dalam rangka hasilnya ataupun prosesnya.
Menurut Stephen P Robbins dan Mary Coulter, terdapat empat pandangan tentang etika, yakni :
Ulititarian view of ethics (pandangan etika utilitarian)
Pandangan ini menyatakan bahwa keputusan-keputusan etika dibuat semata-mata berdasarkan hasil atau akibat keputusan itu. Keputusan ini biasanya didasarkan pada perhitungan kuantitatif, sehingga teori ini didasarkan pada metode kuantitatif. Sasaran utilitarianisme adalah memberikan manfaat tebesar bagi jumlah terbesar. Di satu pihak, utilitarianisme mendorong efisiensi dan produksivitas dan sesuai dengan sasaran maksimalkan laba. Namun dilain pihak, pandangan itu dapat menyebabkan melencengnya alokasi sumber daya, terutama apabila beberapa orang yang kena dampak keputusan itu tidak memiliki perwakilan atau suara dalam keputusan tersebut. Utilitarianisme dapat juga menyebabkan hak-hak sejumlah orang yang berkepentingan menjadi terabaikan.
Theory of justice view of ethics (pandangan etika teori keadilan)
Pendekkatan ini menyatakan bahwa para manajer harus menerapkan, memaksakan, mendorong peraturan secara adil dan tidak memihak serta tindakan itu dilakukan dengan mengikuti seluruh peraturan dan perundang-undangan di bidang hukum. Misalnya, seorang manajer akan menggunakan sudut pandang teori keadilan dalam menentukan pembayaran seorang karyawan baru tingkat dasar sebesar $1,50 sejam di atas upah minimum, karena yang berpendapat bahwa upah minimum itu tidak memadai untuk memungkinkan karyawan-karyawan memenuhi kewajiban-kewajiban dasar keuangan mereka. Menerapkan standar-standar keadilan juga memiliki kelebihan dan kekurangannya. Sikap itu melindungi kepentingan-kepentingan pihak-pihak yang berkepentingan yang barangkali tidak mempunyai kekuasaan; tetapi pandangan tersebut dapat mendorong suatu perasaan mempunyai hak yang boleh jadi membuat para karyawan mengurangiusaha menempuh risiko, berinovasi, dan produktivitas.
Rights view of ethics (pandangan etika hak)
Pandangan ini menekankan bahwa manajer peduli terhadap pernghormatan dan perlindungan hak terhadap kerahasiaan, kebebasan pribadi individu, misalnya hak terhadap kerahasiaan, kemerdekaan berbicara dll. Segi positif sudut pandang hak-hak ini adalah bahwa sudut pandang tersebut melindungi kerahasiaan dan kebebasan individu-individu. Tetapi pandangan tersebut memiliki sisi negatif dalam organisasi. Pandangan itu dapat menimbulkan hambatan-hambatan terhadap produktivitas dan efisiensi yang tinggi dengan menciptakan iklim kerja yang lebih memperhatikan perlindungan legal hak-hak individu daripada menyelesaikan pekerjaan.
Integrative social contracts theory (pandangan etika teori kontrak social terpadu)
Pandangan ini menyarankan kepada manajer bahwa etika keputusan yang diambil harus didasarkan pada sejumlah factor empiris (apa yang ada) dan factor normatis (apa yang seharusnya). Misalnya, dalam menentuka berapa upah yang harus dibayar kepada para pekerja di sebuah pabrik baru di Ciuad Jurez, Mexico, teori kontrak sosial terpadu akan mengatakan bahwa sebuah organisasi akan mendasarkan keputusan tersebut pada tingkat-tingkat upah yang telah ada di masyarakat. Pandangan etika bisnis ini berbeda dengan ketiga yang lain dalam pandangan tersebut menyarankan bahwa para manajer harus melihat norma-norma etis yang ada di industri-industri dan perusahaan-perusahaan untuk menentukan apa yang merupakan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang benar dan yang salah. Pandangan ini didasarkan pada dua kontrak, yakni kontrak social umum dan kontrak khusus. Kontrak umum adalah suatu kontrak yang mengizinkan dunia bisnis menjalankan dan mendefinisikan peraturan dasar yang dapat diterima, sedangkan kontrak khusus adalah mencakup cara berperilaku yang dapat diterima diantara para anggota komunitas tertentu.

2.4.1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ETIKA MANAJERIAL
Gambar.3 faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku etis dan tingkah laku tidak etis







Ciri-ciri individu
Ditemukan dua variabel kepribadian yang mempengaruhi tindakan-tindakan individu menurut keyakinan-keyakinannya tentang apa yang benar dan salah: kekuatan ego dan tempat kendali. Kekuatan ego adalah ukuran kepribadian tentang kekuatan keyakinan-keyakinan seseorang . orang yang tinggi skor kekuatan egonya cenderung melawan dorongan-dorongan dan lebih sering mengikuti keyakinan-keyakinan mereka daripada orang-orang yang rendah kekuatan egonya.
Tempat kendali adalah suatu sifat kepribadian yang mengukur derajat sampai di mana orang berpendapat bahwa mereka adalah berkuasa atas nasib mereka sendiri, sementara orang-orang yang memilki tempat kendali eksternal berpendapat bahwa apa yang terjadi terhadap mereka dalam hidup itu disebabkan oleh keberuntungan atau kebetulan. Dari sudut pandang etis, orang-orang yang etis, orang –orang yang eksternal itu kurang cenderung memikul tanggung jawab pribadi bagi akibat-akibat perilaku mereka dan lebih cenderung mengandalkan kekuatan –kekuatan eksternal. Orang-orang internal itu, sebaliknya, lebih cenderung memikul tanggung jawab bagi akibat-akibat dan mengandalkan standar batin mereka sendiri mengenai benar dan salah untuk membimbing perilaku mereka.



Variabel-variabel struktural
Desain struktural sebuah organisasi menolong membentuk perilaku moral manajer-manajernya. Struktur-struktur tertentu memberikan bimbingan kuat, sementara struktur-struktur lain hanya menciptakan ketidakjelasan bagi para manajer. Desain-desain struktural yang meminimalkan ketidakjelasan dan terus-menerus mengingatkan para manajer tentang apa yang “etis” lebih cenderung mendorong perilaku etis.

Budaya organisasi
Budaya yang kuat akan lebih banyak mempengaruhi para manajer daripada kebudayaan yang lemah . apabila budaya itu kuat dan menopang standar etika yang tinggi, budaya itu tentunya akan mempunyai pengaruh yang sangat kuat dan positif tehadap perilaku etis seorang manajer.

Intensitas masalah
Gambar 4.Ciri-ciri yang menentukan Intensitas masalah







2.4.2 BEBERAPA PEMBENARAN TERHADAP PERILAKU YANG TIDAK ETIS
Mengapa orang yang normal mungkin bertindak tidak etis? Seperti, memberikan tawaran dengan memanfaatkan informasi dari pihak dalam, melakukan suap untuk mendapatkan bisnis di luar negeri, memanipulasi rekening-rekening biaya dan sebagainya. Anda mungkin bertanya “mengapa orang melakukan hal-hal seperti itu? Terdapat empat hal yang dapat dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan-tindakan yang salah semacam itu:
1. Meyakinkan diri sendiri bahwa tindakan semacam itu benar-benar tidak melanggar hukum. Hal tersebut mencerminkan suatu keyakinan yang salah, bahwa tindakan seseorang akan diterima, khususnya dalam situasi yang tidak jelas. Apabila anda menghadapi situasi yang “mendua”, sehingga sulit bagi anda untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, pemecahannya sebenarnya sangat sederhana: bila anda ragu-ragu terhadap keputusan atau tindakan yang anda ambil, jangan melakukannya.
2. Meyakinkan diri sendiri bahwa tindakan tersebut benar-benar demi kepentingan banyak orang. Jawaban tersebut mengandung anggapan yang tidak benar bahwa karena seseorang memperoleh manfaat dari tindakannya, maka tindakan tersebut juga dianggap untuk kepentingan orang lain atau organisasi. Untuk mengatasi pembenaran semacam itu bergantung kepada kemampuan untuk melihat lebih lanjut dari hasil jangka pendek tersebut dikaitkan dengan dampaknya dalam jangka panjang serta melihat lebih lanjut cara-cara yang digunakan dalam memperoleh hasil tersebut. Misalnya, untuk menanggapi pertanyaan berikut, “sejauh mana saya bias memaksakan sesuatu supaya tujuan tercapai?”. Jawaban yang sebaiknya diberikan adalah “Jangan mencobanya untuk mencarinya”
3. Meyakinkan diri sendiri bahwa tak seorang pun merasa bahwa anda melakukan sesuatu yang salah. Mereka secara tidak benar percaya bahwa perilaku yang masih perlu dipertanyakan tersebut adalah benar-benar “aman” dan tidak akan pernah ditemukan atau disebarluaskan. Kurang bertanggung-jawab, tekanan yang tidak masuk akal untuk melakukan sesuatu, dan seorang bos yang lebih suka memilih “untuk tidak tahu”, dapat mendorong tumbuhnya pemikiran seperti itu. Cara terbaik untuk mencegahnya adalah dengan cara menanamkan kepada semua orang bahwa apabila sampai terbukti, tindakan yang salah semacam itu pasti akan dihukum.
4. Meyakinkan diri sendiri bahwa organisasi akan melindungi anda. Ini merupakan persepsi yang salah tentang loyalitas. Orang percaya bahwa kepentingan organisasi adalah di atas segalanya. Akibatnya, orang percaya bahwa pimpinan akan membenarkan tindakan serta melindungi karyawan tersebut dari ancaman. Namun loyalitas terhadap suatu organisasi tidak berarti membenarkan suatu tindakan yang salah, loyalitas organisasional sebaiknya tetap berpijak pada moralitas hukum dan social.

2.5 TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Tanggung jawab sosial dapat diartikan sebagai wujud pelaksanaan etika dalam organisasi. Tanggung jawab sosial juga dapat didefinisikan sebagai kewajiban perusahaan untuk merumuskan kebijakan, mengambil keputusan, dan melaksanakan tindakan yang memberikan manfaat kepada masyarakat. Sayangnya, karena tidak ada kesepahaman yang kuat tentang kepada siapa dan untuk apa perusahaan bertanggung jawab sosial, akan sulit bagi manajer untuk mengetahui apa yang dianggap sebagai perilaku perusahaan yang bertanggung jawab sosial.

2.5.1 Peran Kepada Siapa Organisasi Bertanggung Jawab sosial
Terdapat dua pandangan tentang kepada siapa organisasi bertanggung jawab social, yaitu sebagai berikut :
1. Model Pemegang saham (Shareholder)
Pandangan tentang tanggung jawab social yang menyebutkan bahwa sasaran organisasi yang utama adalah memaksimalkan keuntungan bagi manfaat para pemegang saham. Lebih spesifik lagi, apabila keuntungan meningkat, maka nilai saham perusahaan yang dimiliki oleh pemegang saham akan meningkat juga.
2. Model Pihak yang berkepentingan (Stakeholder)
Teori tentang tanggung jawab social perusahaan yang mengatakan bahwa tanggung jawab manajemen yang terpenting, kelangsungan hidup jangka panjang (bukan hanya memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan keinginan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang saham).
Pihak yang berkepentingan adalah orang atau kelompok dengan kepentingan yang sah dalam suatu perusahaan. Karena pihak berkepentingan memiliki minat dan dipengaruhi oleh tindakan organisasi, maka mereka memiliki suatu “taruhan” dalam tindakan tersebut. Akibatnya, kelompok yang berkepentingan akan mencoba untuk mempengaruhi perusahaan agar bertindak menurut keinginan mereka.
Bertanggung jawab bagi berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) menimbulkan dua pertanyaan pokok. Pertama, bagaimana perusahaan mengenali stakeholder organisasi ? kedua, bagaimana perusahaan mengimbangi kebutuhan dari stakeholder yang berbeda ? dengan membedakan stakeholder primer dan sekunder , akan dapat menjawab pertanyaan tersebut.
a. Stakeholder Primer adalah kelompok-kelompok, seperti pemegang saham, karyawan, pelanggan, pemasok, pemerintah, dan masyarakat sekitar, dimana organisasi bergantung untuk kelanjutan hidup jangka panjang.
Sebagai contoh, saat Kmart menghadapi masalah keuangan, ia terlambat melakukan pembayaran kepada tiga pemasok utamanya. Para pemasok ini memperingatkan Kmart bahwa mereka tidak akan mengirim lagi produk mereka ke toko-toko Kmart, kecuali jika dibayar tunai sebelumnya atau pada saat pengiriman. Bahayanya bagi Kmart adalah apabila masalah ini menyebar kepada kelompok stakeholder lain. Ketika mendengar bahwa Kmart tidak dapat melunasi pemasok ini, maka pemasok Kmart yang lain juga menginginkan pembayaran tunai sebelum pengiriman. Karena semakin sedikit barang yang dikirim ke toko, maka pelanggan mungkin berhenti berbelanja di Kmart karena tidak dapat memperoleh barang yang mereka butuhkan. Selanjutnya hal ini dapat mengganggu usaha jangka panjang Kmart.
b. Stakeholder Sekunder adalah media dan kelompok khusus yang berkepentingan, yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perusahaan.
Sebagai contoh, kebanyakan anak-anak Amerika di tahun 1960 tumbuh karena menyantap roti selada ikan tuna, masakan tuna (dengan keripik kentang diatasnya). Akan tetapi pada pertengahan 1980an anggapan umum tentang nelayan dan industry tuna berubah menjadi negative, ketika kelompok lingkungan hidup mengumumkan kenyataan bahwa terdapat sekitar seratus ribu ikan lumba-lumba terbunuh setiap tahun oleh jala penangkap ikan tuna. Akibatnya banyak restoran dan sekolah melakukan protes dengan menghapuskan ikan tuna dari daftar makanan mereka.







Gambar 5. Model Stakeholder dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan












2.5.2 Untuk Apa Organisasi Bertanggung Jawab Sosial ?
Perusahaan dapat memberi manfaat terbesar kepada Stakeholder dengan cara memenuhi tanggung Jawab ekonomi, hukum, etika, dan kebijaksanaan.
a. Tanggung Jawab Ekonomi
Harapan bahwa perusahaan akan menghasilkan keuntungan dengan memproduksi barang atau jasa yang bernilai. Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab perusahaan yang paling mendasar.
b. Tanggung Jawab Hukum
Harapan bahwa perusahaan akan mematuhi hukum dan peraturan masyarakat ketika mereka berusaha memenuhi tanggung jawab ekonomi.
c. Tanggung Jawab Etika
Harapan bahwa perusahaan tidak akan melanggar prinsip-prinsip benar atau salah yang telah diterima ketika menjalankan usaha. Karena stakeholder yang berbeda mungkin tidak setuju tentang apa yang etis atau tidak, memenuhi tanggung jawab etika lebih sulit daripada memenuhi tanggung jawab ekonomi atau hukum.

d. Tanggung Jawab Kebijaksanaan
Harapan bahwa perusahaan akan sukarela menjalankan peran sosialnya diluar tanggung jawab ekonomi, hukum dan etika. Tanggung jawab kebijaksanaan adalah kesukarelaan.

Gambar 6. Tanggung Jawab Sosial Keseluruhan








Gambar 6 diatas menunjukkan bahwa tanggung jawab ekonomi dan hukum memainkan bagian yang lebih besar dalam tanggung jawab social perusahaan daripada tanggung jawab etika dan kebijakan. Namun kepentingan relatifitas dari tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan kebijakan tergantung pada harapan yang dimiliki masyarakat terhadap tanggung jawab social perusahaan pada suatu waktu tertentu. Seabad yang lalu, masyarakat berharap agar perusahaan memenuhi tanggung jawab ekonomi, hukum, dan lainnya. Namun sekarang, sejak masyarakat menilai apakah perusahaan sudah bertanggung jawab social, maka tanggung jawab etika dan kebijakan menjadi lebih penting dari biasanya.

2.5.3 Tanggapan atas Tuntutan akan Tanggung Jawab Sosial
Kepekaan social adalah strategi yang dipilih oleh perusahaan untuk menanggapi harapan Stakeholder dalam bidang ekonomi, hukum, etika, atau kebijaksanaan, berkaitan dengan tanggung jawab social.



Terdapat empat strategi kepekaan social, yaitu :
1. Strategi Reaktif
Strategi kepekaan social dimana perusahaan memilih untuk berbuat kurang dari apa yang diharapkan masyarakat dan mengabaikan tanggung jawab atas masalah.

2. Strategi Defensif
Strategi kepekaan social dimana perusahaan memilih untuk mengakui tanggung jawabnya atas suatu masalah tetapi melakukan usaha terkecil untuk memenuhi harapan masyarakat.

3. Strategi Akomodatif
Strategi kepekaan social dimana perusahaan memilih untuk menerima tanggung jawab atas masalah dan melakukan semua yang diharapkan masyarakat untuk memecahkan persoalan.

4. Strategi Proaktif
Strategi kepekaan social dimana perusahaan akan mengantisipasi tanggung jawab atas masalah sebelum terjadinya dan akan berusaha lebih dari apa yang diharapkan masyarakat untuk menyelesaikan persoalan.

Gambar 7. Kepekaan Sosial








2.6 Manajemen Berbasis Nilai-Nilai
Manajemen berbasis nilai-nilai adalah sebuah pendekatan terhadap pengelolaan di mana para manajer menetapkan, memajukan, dan mempraktekan nilai-nilai bersama sebuah organisasi. Nilai-nilai suatu organisasi mencerminkan apa yang dibelanya dan apa yang diyakininya. Nilai-nilai organisasi yang dirasakan bersama merupakan budaya organiasi tersebut dan mempengaruhi cara organisasi itu beroperasi serta perilaku para karyawannya. Misalnya, di Tom’s of Maine, sebuah pabrik produk-produk perawatan pribadi ilmiah, nilai-nilai bersama perusahaan itu telah menjadi bagian strategi bisnis keseluruhan. Setiap keputusan manajerial di Tom’s of Maine dievaluasi dalam terang nilai-nilai yang terdapat dalam pernyataan keyakinan dan pernyataan misi. Tom’s berniat sekaligus memikul tanggung jawab sosial dan laba. Bagi setiap perusahaan yang yakin dan mempraktekan manajemen berbasis nilai, nilai-nilai korporasi bersama mempunyai banyak tujuan.
2.6.1 Tujuan dari Nilai Bersama
Nilai-nilai bersama sebuah perusahaan bertindak sebagai tonggak-tonggak pedoman bagi tindakan dan keputusa bersama manajerial. Misalnya, di pabrik pakaian Blue Bell Inc. Suatu tradisi kuat nilai-nilai perusahaan membimbing sewaktu mereka merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan kegiatan-kegiatan organisasi











BAB 3
KESIMPULAN

Akhirnya dapat kita simpulkan bahwa ada prinsip-prinsip dalam berbisnis :
Tanggung jawab usaha : melampaui para pemegang saham menuju mereka yang berkepentingan
Dampak ekonomis dan sosial bisnis : menuju inovasi, keadilan, dan masyarakat dunia
Tingkah laku binsis : melampaui hukum menuju semangat kepercayaan
Menghormati peraturan-peraturan
Mendukung perdagangan multilateral
Menghormati lingkungan
Mencegah operasi-operasi yang tidak halal


Dan upaya perwujudan dan peningkatan etika manajemen :
Pelatihan etika
Advokasi etika
Kode Etik
Keterlibatan Publik dalam Etika Manajemen Perusahaan















DAFTAR PUSTAKA

Williams, Chuck. 2001. Manajemen Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Robbins, Stephen P and Mary Coulter. 1999. Manajemen Edisi Keenam. PT. Prenhallindo. Jakarta.
Schermerhorn, John R.,Jr. 1998. Manajemen Buku 1. Andi. Yogyakarta.
Wiludjeng SP, Sri. 2007. Pengantar Manajemen Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.
http://akademik.unsri.ac.id
http://stiealanwar.files.wordpress.com
http://fe-unpad.com

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARITMIA JANTUNG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ARITMIA JANTUNG
I. Konsep Dasar Teori
A. Pengertian
Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi selsel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

B. Etiologi
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung).

C. Manifestasi klinis
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.
e. demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan.

D. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.
b. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
c. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup
d. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
e. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
f. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat mnenyebabkan disritmia.
g. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.
h. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat menyebabkan.meningkatkan disritmia.
i. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
j. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

E. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

- Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
1) Kelas 1 A
a) Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
b) Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
c) Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

2) Kelas 1 B
a) Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
b) Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

3) Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

- Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

- Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

- Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

b. Terapi mekanis
1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
3. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
4. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian

- Riwayat penyakit
1) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
2) Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, hipertensi
3) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
4) Kondisi psikososial

- Pengkajian fisik
1) Aktivitas : kelelahan umum
2) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila curah jantung menurun berat.
3) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut, menolak,marah, gelisah, menangis.
4) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan kelembaban kulit
5) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.
6) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah
7) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

B. Diagnosa keperawatan dan Intervensi

a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

Kriteria hasil :
1. Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba sama, status mental biasa
2. Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia
3. Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.

Intervensi :
1. Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan, amplitudo dan simetris.
2. Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut jantung ekstra, penurunan nadi.
3. Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.
4. Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi; disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung
5. Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas selama fase akut.
6. Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi
7. Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD
8. Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi
9. Kolaborasi :
- Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit
- Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
- Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi
- Siapkan untuk bantu kardioversi elektif
- Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung
- Masukkan/pertahankan masukan IV
- Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif
- Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

b. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

Kriteria hasil :
1. menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan
2. Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping obat

Intervensi :
1. Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal
2. Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada pasien/keluarga
3. Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan, perubahan mental, vertigo.
4. Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan; bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan
5. Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan
6. Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein
7. Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang
8. Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat
9. Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan gejala yang memerlukan intervensi medis
10. Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus, manuver Valsava bila perlu.

Senin, 18 April 2011

contoh role play komunikasi data

ROLE PLAY
Konsep Komunikasi dalam Melakukan Pemberian Obat Intra Cutan

A. Pemain
·         Aida Nurfitriani sebagai Perawat
·         Febry Tresna Fauzi sebagai Pasien
·         Dasa T. A sebagai Narator dan Keluarga

B. Naskah Role Play
            Di sebuah rumah sakit di Cianjur, tepatnya ruang Apel no. 2, ada seorang pasien laki-laki bernama Bapak Febry Tresna yang berumur 17 tahun. Bapak ini datang ke rumah sakit dengan gejala demam tinggi, diantar keluarganya.
            Maka, salah seorang perawat bernama Aida Nurfitriani ditugaskan untuk melakukan pemberian obat intra cutan, sebelum diberikan obat antibiotik.
Perawat           : (Ya Allah, semoga saya dalam melakukan pemberian obat pada pasien ini dapat berjalan dengan lancar). Assalamualaikum…
Semua             : Waalaikumsalam…
Perawat           : Perkenalkan, saya perawat Aida yang akan bertugas di ruangan ini. Apa benar ini dengan Bapak Febry Tresna?
Pasien              : Iya, (sambil mengangguk)
Keluarga          : Iya suster, ini dengan Febry, keponakan saya.
Perawat           : Oh iya kalau begitu. Bapak, saya di sini akan menanyakan beberapa pertanyaan kepada bapak. Mohon dijawab dengan sebenar-benarnya ya, pak.
Pasien              : Iya suster.
Perawat           : Tempat tinggal bapak di mana?
Keluarga          : Kami tinggal di Jln. Pangeran Hidayatullah, RT. 06/09.
Perawat           : Bapak Febry ini sudah bekerja?
Keluarga          : Kebetulan suster, Febry ini masih SMA, kelas 3.
Perawat           : Nah sekarang, apa yang bapak terasa dalam tubuh bapak?
Keluarga          : Ayo Feb. Ceritakan apa yang terasa ke susternya.
Pasien              : Saya merasa pusing suster. Kepala saya seperti muter-muter gak karuan, badan saya panas dan terasa sakit di mana-mana. Saya merasa gak kuat suster.
Perawat           : Kalau saya tekan di sini, apa bapak merasa sakit?
Pasien              : (Aww..) Sakit suster.
Perawat           : Baiklah, saya akan ukur suhu tubuh bapak. Tolong angkat ketiak bapak, ya. (perawat memasukan termometer). Coba kita tunggu beberapa menit..
            Kemudian didapat hasil pengukuran suhu tubuh pasien.
Perawat           : Suhu tubuh bapak 39 C, panas tubuh bapak melebihi normal. Biasanya, untuk ukuran normal sekitar 36 C. Bapak memiliki gejala demam yang tinggi, mungkin saya akan konsultasi dulu dengan dokter untuk penanganan pertama. Dokternya akan datang sekitar 5 jam lagi, jadi mungkin saya akan memberikan tindakan perawatan pertama pada bapak. Sekitar 20 menit lagi saya akan kembali, bapak bisa menunggu?
Pasien              : Ya suster, agak cepatan dikit, saya merasa gak kuat.
Perawat           : Iya, saya permisi dulu. Assalamualaikum..
Semua             : Waalaikumsalam..
           
            Setelah perawat mendapatkan data yang diperlukan, perawat pun meninggalkan pasien dan melakukan kontrak waktu dengan pasien untuk melakukan tindakan. Selanjutnya, pada pukul 07.30, perawat Aida kembali dengan membawa peralatan untuk melakukan tindakan.
Perawat           : Assalamualaikum..
Semua             : Waalaikumsalam..
Perawat           : Maaf bapak, jika menunggu lama. Saya sudah mendapatkan hasil keputusan dari dokter. Bapak akan diberi obat antibiotik untuk agar panasnya turun. Nanti, sekitar 4 jam lagi, dokter akan memeriksa bapak. Sebelumnya, apa bapak alergi obat antibiotik?
Keluarga          : Tidak tau suster. Soalnya Febry ini baru pertama kali berobat ke rumah sakit. Dulunya kalau sakit, cuma minum jamu saja.
Perawat           : Oh iya. Kalau begitu saya akan melakukan skin test dulu pada bapak. Nanti hasilnya bisa diketahui, bapak alergi obat antibiotik atau tidak. Bapak bersedia?
Pasien              : Baiklah suster.

            Setelah mendapat persetujuan dari pasien, maka perawat pun melakukan tindakan pemberian obat intra cutan.
Perawat           : (Perawat membersihkan daerah yang akan dilakukan suntikan, kemudian daerah tersebut agak ditegangkan. Kemudian tindakan pun dilakukan). Bagaimana perasaan bapak?
Pasien              : Agak terasa sakit, suster.
Perawat           : Tidak apa-apa. Maaf pak, daerah yang tadi disuntik saya lingkari dulu dengan spidol. Nanti sekitar 15 menit obat akan bereaksi, daerah sekitar suntikan tersebut jika kemerahan berarti tandanya bapak alergi obat antibiotik.
Pasien              : Oh iya suster.  
Perawat           : Kalau begitu saya permisi dulu. Saya akan membereskan peralatan dulu, nanti jika sudah ada hasilnya, segera bapak panggil saya, ya. Assalamualaikum..
Pasien              : Iya suster. Waalaikumsalam..
            Perawat pun membereskan peralatannya, dan melakukan kontrak waktu kembali. Setelah diketahui hasilnya, maka pasien bisa diberi obat antibiotik atau tidak dengan alasan alergi.

- SELESAI -